Hai sunrise.
Mungkin pagi telah usai. Ia lelah
menampakan suryanya. Mengeluarkan terik yang sering kali membuat orang-orang
lupa akan kodratnya sebagai manusia. Mencaci maki. Menyalahkanmu atas turunnya
keringat dari tubuh mereka. Menyalahkanmu atas emosi yang mereka agungkan
sebagai raja.
Suryamu telah hilang. Digantikan oleh
turunnya rintik hujan. Menambah syahdu sore ini. Tahukah sayang, aku menyukai
setiap tetesan rintik hujan yang mampir di jendela kantorku. Teduh. Seperti
matamu kala mencium bibirku dengan lembut. Mungkin aku hanya sedikit
bermetafora. Mengingat setiap detail kecupan yang mampir di bibirku malam itu.
Atau mungkin saja karena rindu ini belum bertemu tuannya. Kamu masih disana.
Bergumul dengan pikiranmu. Biar kutebak. Kamu mulai kembali bercinta dengan
masa laluku. Tahukah kamu sayang, aku ada disini. Siap melayanimu. Namun entah
mengapa kamu lebih memilih untuk menari ditengah hujan dengan masa laluku.
Membuat air mata semakin deras yang ditemani hujan lebat daerah kuningan.
Untunglah para tetangga kubikel sibuk dengan urusannya masing-masing.
Sayang,
Jangan biarkan aku hanya memiliki ragamu
sedangkan pikiran dan hatimu terbang entah kemana. Mungkin hinggap di masa
laluku, dan hatimu terbang menemui dia yang sempat membuat egomu ingin
memilikinya.
Sayang,
Aku masih menunggu. Disaat raga dan hatimu
kembali mencintaiku.
0 comments:
Post a Comment