I'm a human being. not a monster. no need to scream.

Saturday 26 November 2011

another stupid thought

gue masih melek di tengah malem kaya gini abis pulang dari sidang MUBES alias musyawarah besarnya buat lengsernya kepengurusan pemred gue si ojan. sengaja gue iseng baca bukunya shit happens nya Cristian Simamorang, one of my favorite writer. gara2 baca buku itu gue jadi mikir omongan si mirza pas kita (gue-mirza-ratih) nongkrong di sevel menteng ngelepasin kepenatan *halah, bahasa gue* ketegangan pas mau mubes ini. Mirza bilang, dia ga pernah mau pacaran sama cewe macem gue sama ratih. perlu di informasiin, mirza is The Only one best friend ever. i mean, dari semua temen cowo gue, gue yang paling deket sama dia. pas gue ke Pulau Perak juga gue bareng sama dia. dan gue juga baru inget, pas gue pertama kali DBT di puncak buat dikdasnya dinamika gue juga 1 kelompok sama dia. how weird it is. so, it goes. balik ke statement dia yang bilang ga mau pacaran sama cewe kaya gue maupun ratih. *emang lo pikir gue cewe macem apa? KW gitu? liat perkakas gue, walopun kecil, it is really original plus crispy* he said, kalo gue sama ratih terlalu modern buat dijadiin pacar. high maintenance, which is i just cant understand it. gue aja kalo makan siang masih suka minta dibayarin mirza dulu. so, after i read this novel i just wonder, maybe he was right. gue dan pikiran gue yang dibilang idealis, *okay sebenernya kita bertiga semuanya idealis* padahal gue sendiri ga tau indikator idealis itu seperti apa, dan gue juga ga ngerti kenapa gue-ratih-mirza berasa kaya lingkaran setan yang ga akan ada habisnya. ratih yang masih belum bisa move on dari mantan pacarnya yang menurut gue kaya tiang jemuran yang ngebuat ratih kaya jemuran kering yang perlu dikasi pewangi. mirza yang selalu ga pernah bisa sukses deketin cewek, selalu ada aja alesannya buat ga bisa jadian. dan gue? gue yang masih labil sama hubungan gue. okay, perlu gue lurusin disini. i dont build any expectation with my boyfie right now. idk, i just cant after we were fighting a lot. so, my relationship is never had expectations of getting marriage. gue emang masih muda, but lemme say, i am a thinker. gue pemikir. which is i think it was a bad habit disamping gue yang selalu ga pernah bisa nyontek. 

when we were on our way to my home, he talked about marriage. yes. which is that topic is not my top of the top lately *gue lebih concern ke hal2 yang bisa bikin mood gue naik, makan misalnya* tentang rumah, nyokapnya yang ternyata ga buru2. idk, i was not into that topic atm. i mean, let it flow. gue masih harus nyelesein this damn semester, bergumul sama outline gue bulan depan, kerja, dan mungkin gue pengen kejar beasiswa S2 gue. gue sadar, masih banyak mimpi gue, hal2 yang gue suka dan belum gue wujudin semua. tapi ada suatu hal yang bikin gue heran, gue suka ngeliat anak kecil. anak kecil yang lagi jalan sama orang tuanya. anak kecil yang lagi nge dance sambil disuapin sarapan sama bokapnya pas gue lagi sarapan sama boyfie gue di mekdi senayan. gue suka. tapi pas inget betapa susahnya ngelahirkan dari mbak risda *iparnya boyfie gue udah melahirkan anak perempuan lewat caesar kemaren* gue tau gue aneh. no doubt with it. gue juga tau kalo gue cerita sama 2 soul mate gue pasti gue dibilang absurd. gue mau kawin. tapi gue juga masih mau having fun. okay, gue akuin sekarang gue lagi labil. idk, mungkin setelah mubes berakhir gue bakalan cerita ini ke ratih sama mirza, which is gue diharuskan siap mental karena pasti di cecer sama mereka berdua. i sud go to sleep. sorry for my labilness.

0 comments:

Post a Comment

Blogroll

Powered By Blogger

© the other side of me, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena